tobapos.co – M Gultom (46), seorang pengusaha ikan air tawar dan sekaligus pengusaha bibit ikan menginginkan ada bantuan dan perhatian pemerintah terhadap para pengusaha ikan air tawar di Sumatera Utara.
Hal itu disampaikan Gultom kepada wartawan saat bertandang ke tempat usaha pembibitan ikan miliknya di Desa Hurase, Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pekan lalu.
Menurut Gultom, putra kelahiran Tapsel ini, puhan miliar per tahun dikeluarkan peternak ikan air tawar (nila) di Sumatera Utara untuk membeli bibit ikan nila ke luar Sumut.
Hal ini katanya, menunjukkan kurangnya suplai bibit ikan nila di Sumut.
Sayangnya juga, di Sumut masih minim sekali peternak yang menggiatkan produksi bibit ikan nila dan jenis ikan air tawar lainnya.
Umumnya yang ada adalah peternak dalam pembesaran ikan nila, seperti peternak resmi atau pemilik keramba jaring apung Danau Toba maupun di luar KJA.
Sementara secara umum, permintaan ikan nila sangat tinggi di Sumut. Sayangnya itu tidak diimbangi dengan ketersediaan bibit nila.
Sehingga ke depan, dikhawatirkan Sumut tak mampu memenuhi kebutuhan ikan nila bagi warganya atau defisit. Jika pun tetap terpenuhi, pasti karena suplai provinsi lain, dengan harganya lebih mahal.
Kondisi itulah yang mendorong M Gultom, salah satu pemilik usaha pembibitan ikan nila di Sumut terus bergiat mengembangkan usaha bibit ikan nila.
Pembibitan itu dilakukan M Gultom di Desa Hurase, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Usaha itu ia kembangkan secara turun temurun, diawali kakek dan orangtuanya.
Kini di tangan Gultom, usahanya berkembang. Kolamnya di desa itu sebanyak 90 yang tersebar di 3 lokasi. Selain pembibitan, juga di kolam itu ada pengembangbiakan nila.
M Gultom mengatakan, ratusan ribu ton bibit ikan nila, dihasilan dari usahanya. Semuanya itu disalurkan untuk memenuhi tingginya permintaan bibit nila di Sumut.
“Setiap hari puluhan ribu ton kita keluarkan dari sini. Yang datang banyak, mulai dari peternak nila kawasan Danau Toba dan daerah-daerah lainnya di Sumut,” katanya.
Sehingga tak salah, kata Gultom, jika nila yang dijual di kawasan Danau Toba dan lainnya, adalah dari hasil pembibitan dari Hurase. “Di sana mereka membesarkan saja, lalu dijual. Kalau bibitnya ya dari sini juga,” ujarnya.
Sedangkan penyuplai bibit lainnya ada dari Serdang Bedagai, dari Simalungun. Tapi jumlahnya tidak begitu banyak atau masih lebih banyak lagi dari Sumatera Barat.
Puluhan Miliar
“Makanya kalau hitungan kita per tahun, ada puluhan miliar uang warga Sumut ke luar, ke Sumbar, beli bibit,” ungkap Gultom.
Perairan Danau Toba sendiri, terang Gultom, tidak cocok untuk pembibitan ikan nila. “Secara ilmiah kami nggak taulah nerangkan, tapi mungkin karena air Danau Toba dingin, sehingga gitu lahir ikan nilanya, kan ribuan itu, yang jadi hanya sedikit, lainnya mati,” sebutnya.
Lebih lanjut Gultom menegaskan komitmennya untuk terus memproduksi bibit ikan nila ke pertenak Sumut. Namun ia kini tak bisa berbuat banyak karena terimbas pandemi.
“Pernah terpikir mau berhenti sementara, tapi gagal karena banyak yang datang beli nila. Kasihan juga. Sementara mau lanjut terus, tak bisa berbuat banyak, modalnya pas-pasan, dan produksi pun pas-pasan juga,” sebutnya.
Tak Ada Perhatian
M Gultom pun mengeluhkan tidak adanya perhatian pemerintah. Sementara yang paling dibutuhkannya adalah pakan (makanan) nila.
“Kami beratnya di situ. Tak sanggup memberi bibit-bibit ikan nila ini makan. Kami kekurangan pakan. Sehingga memang sangat perlu bantuan pakan,” keluhnya.
Ia pun berharap baik dari provinsi ataupun kabupaten atau darimana pun, bisa membantu pihaknya menyediakan pakan. “Kami pikir salah satu wujud Sumut yang bermatabat itu ya dengan membantu kita-kita ini,” sebut Gultom berharap.(RL)
Teks foto: M Gultom (kiri atas), pemilik usaha pembibitan ikan nila di Hurase, Batang Angkola, Tapsel, kewalahan menjalankan usahanya dan berharap ada bantuan pakan.