Pasca Pencopotan Dua Kapolda, Neta S Pane: Dimanfaatkan Sebagai Manuver Dalam Persaingan Bursa Calon Kapolri

Headline Sekitar Kita

tobapos.co – Dua Kapolda dicopot dari jabatannya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Nana Sudjana dan Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol. Rudy Sufahradi Novianto.

Pencopotan dua Kapolda ini diduga berkenaan dengan kegiatan yang dilaksanakan HRS di dua tempat.

Yaitu, pertama di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Habib Rizieq Shihab, menyelenggarakan pesta pernikahan putrinya, Syarifah Najwa Shihab.

Sementara di wilayah Polda Jabar, Habib Rizieq, mengadakan pertemuan di kawasan Mega Mendung.

Hal ini disampaikan oleh Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo di Mabes Polri Jalan Trunojoyo No. 3 Jakarta selatan.

“Ada dua Kapolda yang tidak melaksanakan perintah protokol kesehatan (prokes), maka diberikan sanksi berupa pencopotan,”jelas Argo singkat, Senin (16/11/ 2020) sekira Pukul 16.14 WIB.

Menanggapi pencopotan dua jabatan Kapolda tersebut, Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane, dalam siaran persnya Selasa (17/11/20) mengatakan, ada dua hal penyebab pencopotan Kapolda Metro. Pertama, sebagai akibat Kapolda Metro Jaya ceroboh membiarkan kerumunan massa dalam kasus Habib Rizieq.

Baca Juga :   Sat Lantas Polres Tanjung Balai Terus Sosialisasikan Bahaya Wabah Virus Corona

Kedua, pencopotan Kapolda Metro Jaya merupakan bagian, dari manuver persaingan dalam bursa calon Kapolri.

Dimana Kapolda Metro sebagai salah satu calon kuat dari Genk Solo. Sehingga kecerobohan itu dimanfaatkan sebagai manuver dalam persaingan bursa calon Kapolri.

Masih menurut Neta, bahwa dalam kasus pencopotan Kapolda Jabar, yang bersangkutan ‘diikutsertakan’ karena dianggap membiarkan kerumunan massa dalam acara Habib Rizieq, di Jawa Barat.

Memang sejak berkembangnya pandemi Covid 19, Polri sudah bersikap mendua dalam menjaga protokol kesehatan.

Padahal, Kapolri telah mengeluarkan ketentuan agar jajaran Polri bersikap tegas, dalam menindak kegiatan masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan (Prokes).

Ini terlihat dari berbagai kegiatan masyarakat yang dibubarkan Polisi di sejumlah daerah, apakah pesta perkawinan dan lainnya.

Baca Juga :   Kerjasama TNI dan Polri, Pemprov DKI Terapkan Pengetatan Pengunjung Pasar

Tapi dalam kegiatan yang dilakukan sejumlah tokoh atau dihadiri sejumlah tokoh yang berpengaruh Polisi tidak berani membubarkannya.

Misalnya dalam Munas PBSI yang dipimpin Wantimpres Wiranto di Tangerang, acaranya tetap berlangsung tanpa dibubarkan Polisi.

Begitu juga pada kegiatan yang dilakukan Habib Rizieq saat pulang ke Indonesia. Polisi tak berdaya membubarkannya.

Dari kasus ini, muncul opini di masyarakat bahwa Polisi hanya berani pada masyarakat yang tidak punya pengaruh dan takut pada figur-figur yang berpengaruh.

Apalagi dalam kasus Rizieq, dimana massa dan pendukungnya cukup banyak, Polda Metro Jaya dan Kapolda Jabar sepertinya tidak mau ambil resiko dan membiarkannya.

Padahal apa yang dilakukan Polisi itu bisa dinilai masyarakat sebagai tindakan “tajam ke atas tumpul ke bawah” ujar Neta.

Sikap Polisi yang mendua itu tidak hanya mengganggu rasa keadilan publik tapi juga membiarkan klaster pandemi Covid-19 berkembang luas.

Baca Juga :   DPRD Sumatera Utara Setujui Perda Pengendalian Penyebaran Covid-19

Seharusnya Polri memiliki satu sikap, yakni bersikap tegas pada semua pelanggar protokol kesehatan agar penyebaran pandemi Covid -19 ini bisa segera dikendalikan.

Selanjutnya, dikatakannya, dengan adanya tindakan tegas kepada Kapolda Metro dan Kapolda Jabar ini, diharapkan para Kapolda lain akan bersikap tegas, untuk menindak dan membubarkan aksi kerumunan massa di massa pandemi Covid-19. Jika mereka tidak berani bersikap tegas, siap – siap mereka ditindak tegas dan dibubarkan atasannya,” ungkap Neta S Pane.

IPW menilai Fadil sangat cocok menjadi Kapolda Metro. Selain pernah bertugas di Jakarta, saat menjadi Kapolda Jatim dia juga cukup tegas melarang dan membubarkan aksi KAMI.

IPW berharap Fadil juga bisa bersikap tegas terhadap kerumunan yang dilakukan Habib Rizieq, yang melanggar ketentuan protokol kesehatan,” tegas Neta mengakhiri. (Sofar Panjaitan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *