Elfanda Ananda Mengatakan..
tobapos.co – Warga Jalan Salam, Bajak 2, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, kembali mengeluhkan banjir yang tak kunjung surut selama lebih dari dua minggu (foto).
Genangan air yang bercampur limbah telah berubah menjadi comberan dan sangat mengganggu aktivitas warga.
Penyebab utama banjir diketahui berasal dari coverslab yang jatuh ke parit utama, sehingga aliran air tersumbat.
Selain itu, selama puluhan tahun Pemko Medan disebut tidak pernah memperhatikan kondisi Jalan Salam yang kini rusak parah.
Pengamat Kebijakan Publik dan Anggaran, Elfanda Ananda dimintai wartawan tanggapannya mengatakan,
“Masalah banjir di kawasan ini menjadi potret klasik lemahnya respons Pemko Medan terhadap persoalan infrastruktur dasar.
Padahal, dengan total belanja daerah mencapai Rp7,6 triliun, dan alokasi belanja modal pembangunan jalan sebesar Rp370 miliar (5%), mestinya pemerintah kota mampu menangani persoalan semacam ini secara cepat dan tepat.
Laporan warga telah disampaikan kepada kepala lingkungan, namun hingga kini belum ada tindak lanjut konkret dari pihak kelurahan, kecamatan, maupun Pemko Medan.
Persoalan seperti ini seharusnya bisa diselesaikan dalam hitungan jam, bukan berminggu-minggu.
Kondisi ini menunjukkan lemahnya koordinasi antar unit pemerintah di tingkat kelurahan, kecamatan, dan dinas teknis yang cenderung reaktif baru bertindak setelah keluhan warga viral di media sosial.
Lebih ironis, Pemko Medan sering berbicara tentang proyek besar dan pembangunan kota modern, namun gagal mengurus hal paling mendasar, drainase lingkungan.
Jika satu parit rusak saja tak bisa segera diperbaiki, bagaimana mungkin Medan bisa bebas dari banjir?
Pemko Medan, khususnya Dinas PU dan Dinas Perumahan Kawasan Permukiman, harus segera menurunkan tim tanggap cepat ke lokasi. Pemerintah tidak boleh absen ketika warganya menghadapi persoalan mendasar seperti ini.
Segera lakukan perbaikan sistem jaringan drainase dari Jalan Bajak II hingga kanal di kawasan Medan Amplas, serta perbaikan Jalan Salam yang rusak akibat pembiaran berkepanjangan.
Selain itu, perlu dibentuk unit reaksi cepat penanganan darurat drainase agar warga tidak terus menjadi korban kelambanan birokrasi.
Jika dibiarkan, genangan air kotor ini dapat mengancam kesehatan warga, memicu penyakit kulit dan demam berdarah, serta menghambat aktivitas ekonomi masyarakat akibat akses jalan yang tergenang.
Banjir yang tak surut bukan semata akibat curah hujan tinggi, melainkan cerminan tata kelola kota yang lamban dan tidak responsif. Medan membutuhkan sistem respons cepat dan kepemimpinan yang sigap—bukan sekadar proyek-proyek besar yang jauh dari kebutuhan nyata warganya.” jelas Elfanda.(TP)