tobapos.co – Beberapa pedang kaki lima yang kesehariannya berjualan di depan Mess Pora Pora T Rizal Nurdin, di Jalan Ihan Pora Pora, Parapat, Kabupaten Simalungun, menyampaikan keluhan terkait relokasi lapak dagangan mereka kepada Wagubsu H. Musa Rajekshah, Rabu (29/9/2021).
Wagubsu Musa Rajekshah yang saat itu sedang meninjau renovasi Mess Pemprovsu tersebut, dengan ramah menerima dan menyambut baik kedatangan para pedagang kaki lima, di antaranya Rusli Boru Sinaga dan Goreti Boru Situmorang.

Rusli dan Goreti mengeluhkan, bahwasanya lokasi relokasi kios pedagang ke kawasan Pusat Informasi Geopark Nasional Kaldera Toba di Open Stage Parapat sepi pengunjung.
“Disana tidak ramai pengunjung, sehingga akan membuat penghasilan mereka menurun,”ungkap mereka.
Karena itu, mereka meminta agar tetap diperbolehkan untuk berdagang seperti biasa di tempat lapak dagangan mereka, atau direlokasi ke kawasan yang lebih ramai dikunjungi wisatawan.

“Tapi bagaimana lah Pak, (lokasi relokasi) itu sepi pengunjung. Pasalnya, karena lokasinya berada di bawah, membuat pengunjung susah turun. Satu lagi kalau pun bangunan kios kami dibongkar, kami diberi tenda cafe sebelum dibikin relokasi yang bagus, gimana bisa Pak?,” pinta Rusli.
Menanggapi permohonan warga tersebut, Wagub menyampaikan, bahwasanya persoalan relokasi pedagang yang ada di Parapat ini, merupakan ranahnya Pemkab Simalungun bukannya Pemprov Sumut. Sebab secara administrasi kenegaraan, yang memiliki lahan adalah Kabupaten.
“Tapi nanti saya bisa kasih saran ke Pak Bupati, lewat Pak Camat juga disampaikan. Karena ini ranahnya Kabupaten bukan provinsi Bu,” ucap Musa Rajekshah santun.
Ijeck menuturkan, bahwa terkait rencana relokasi para pedagang kaki lima tersebut, dirinya sudah pernah menyampaikan ke Bupati Simalungun agar relokasi tersebut tetap memperhatikan nasib pedagang.
Selain itu, sambung Ijeck, Danau Toba merupakan proyek wisata prioritas Presiden Jokowi yang tujuannya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Kita kan mau semuanya biar bagus, supaya ekonomi masyarakat pun bisa meningkat. Karena akan semakin banyak orang berkunjung ke Danau Toba. Tapi musti ditata bagus Bu,” ucap Ijeck ramah.
Akan tetapi, Ijeck mengakui tentu konsekuensi dari perbaikan ini mesti ada yang dipindahkan. Yang pasti, jelas dia, dalam persoalan ini, pemerintah pasti tetap memikirkan nasib para pedagang. “Tapi musti ada pengertian dan pengertian dari kita juga. Kalau bisa pindah sama-sama,” sebutnya.
Sebab, menurut Ijeck, bila semua pedagang dapat pindah ke lokasi relokasi yang telah ditentukan, maka secara otomatis wisatawan akan datang ke tempat tersebut. Tapi kalau masih ada pedagang yang tetap berjualan di lapak lamanya, lokasi relokasi pasti akan tetap sepi.
“Kalau sudah pindah semua (relokasi), pengunjung pasti akan mencari ke mana tempat harus didatanginya. Apalagi di sana sudah ada orang jualan cafe kan sudah bagus. Jadi mesti kompak pindah semua, nanti kalau sudah dapat tempat permanen baru pindah lagi,” sarannya.
Ijeck menambahkan, bahwasanya Sumatera Utara harus bersyukur karena Presiden Jokowi berkenan menganggarkan dana besar untuk Danau Toba. Sebab, tidak semua daerah mendapatkan kesempatan ini.
“Nanti akan saya coba diskusikan dan cari jalan keluarnya dengan Pak Bupati bagaimana yang terbaiknya. Ibu-ibu tetap lah berdoa, mudah-mudahan Parapat ini bisa maju dan banyak orang yang datang, sehingga masyarakat bisa terbantu semua,”tutur Ijeck.
(TP – Sofar Pandjaitan)