tobapos.co – Dalam hal menekan angka kasus malaria di Kecamatan Simuk, Dinas Kesehatan (Dinkes) Nias Selatan (Nisel) terus melaksanakan sosialisasi dan pelayanan kesehatan di Kecamatan Simuk.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Nisel, dr. Heni Duha, MM kepada tobapos.co saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp (WA), Sabtu (30/3/2024).
” Kita masih tetap standby di Kecamatan Simuk untuk menekan kasus malaria dengan melakukan sosialisasi sekaligus pelayanan kesehatan kepada masyarakat Simuk”, tuturnya.
Hari ini Tim Kesehatan Dinkes sedang melaksakan Sosialisasi dan pelayanan kesehatan di Desa Gobe Baru, kata Kadis.
Lebih lanjut, Heni Duha mengungkapkan bahwa sampai tanggal 29 Maret 2024 belum ada kasus baru yang kita temukan, ujarnya.
Perkembangan kasus malaria sampai kemaren, tidk ada yang positif, kunjungan pasien di puskesmas hanya demam biasa dan sudah diberikan obat, pungkasnya.
Kadis menyebutkan, korban meninggal dunia akibat mengalami penyakit malaria di Simuk bertambah 2 orang dan korban meninggal dunia itu pasien yang dirujuk di thomsen dan hasil diagnosa malaria.
Sementara korban meninggal dunia di Kecamatan Simuk yang 2 orang, 1 orang diantaranya masih kita anggap terduga malaria karena tidak pernah memeriksakan diri di puskesmas, ucap Kadis.
” 3 orang yang terdiagnosa pasti malaria dan 1 orang dengan terduga malaria”, tukasnya.
Korban meninggal dunia yang dirujuk ke RS Thomsen Nias yang tidak tertolong, kemaren sudah dijemput dari Teluk dalam dan diantar ke Tello dengan mempergunakan pusling air dinas kesehatan, ucapnya.
Dalam menganani kasus Malaria di Kecamatan Simuk, pihaknya mengalami kendala – kendala dilapangan, seperti logistik yang sangat terbatas , karena stock kita tidak ada, diantaranya kelambu, obat malaria dan check RDT/rapit diagnostik test, tandasnya.
Untuk sementara kata dia, pihaknya meminjam dari Lanal Nias, Dinkes gunung Sitoli, Dinkes Nias utara dan dinkes gunung Sitoli.
Logistik yang baru dibagikan kepada masyarakat hanya berupa kelambu dan itu baru distribusikan kepada yang beresiko seperti penderita positif malaria, ibu hamil dan yg ada balitanya.
Sementara masyarakat mengharapkan semua mendapatkannya, jelas Kadis.
Kata dia, untuk RDT seharusnya kita bisa menskining atau memeriksa pasien secara keseluruhan, tapu karena terbatas , pemeriksaan hanya untuk bergejala.
” Untuk obat masih kita pinjam – pinjam, dan kami masih konsentrasi di kecamatan Simuk, belum semua kecamatan yang ada di kepulauan”, tukasnya.
Selain logistik, tim kesehatan juga terkendala masalah jaringan sehingga kita susah berkomunikasi dengan pihak – pihak terkait untuk penanganan malaria ini di kepulauan, tandasnya.
Kata dia, juga timnya itu mengalami masalah listrik, yang hampir semua rumah tidak ada jaringan lampu dan hanya mengandalkan genset dan sambungan instalansi dari rumah sebelah yabg punya genset, tutupnya. (RisGow).